LENSAPRIANGAN.COM – Ketua PMII STITNU Al Farabi, Najmul Umam mengatakan, ketimpangan dunia pendidikan di kabupaten Pangandaran, Jawa Barat masih menghantui.
Ketimpangan tersebut dapat termanifestasi dalam berbagai aspek, mulai dari akses yang tidak merata terhadap pendidikan berkualitas.
Selain itu, kesenjangan dalam hasil belajar antara siswa dari berbagai latar belakang.
Najmul mengatakan, bentuk ketimpangan yang mungkin terjadi yakni, ketidakmerataan dalam akses terhadap fasilitas dan sumber daya pendidikan.
“Sekolah-sekolah kurang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, seperti perpustakaan yang lengkap, laboratorium, atau sarana transportasi untuk siswa yang tinggal jauh dari sekolah,” katanya Kamis, (2/5/2024).
Hal tersebut, menciptakan kesenjangan dalam kesempatan belajar antara siswa dari latar belakang ekonomi yang berbeda.
Selain itu, ketimpangan dalam hasil belajar juga bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan ekonomi lainnya,
“Seperti tingkat kemiskinan, akses terhadap layanan kesehatan, dan dukungan keluarga,” ujarnya.
Najmul Menjelaskan, Siswa dari latar belakang ekonomi yang kurang dimungkinkan memiliki kesempatan yang lebih rendah untuk berhasil dalam pendidikan.
“Karena, mereka terpaksa untuk bekerja atau membantu keluarga. Bahkan mereka tidak memiliki akses yang memadai terhadap dukungan pendidikan di rumah,” jelasnya.
Ia menyarankan, untuk mengatasi ketimpangan dalam pendidikan, perlu adanya komitmen yang kuat dari semua pihak, termasuk pemerintah daerah, sekolah, masyarakat, dan pihak swasta.
Ia juga menegaskan, langkah-langkah konkret dapat meliputi peningkatan akses terhadap pendidikan berkualitas yakni peningkatan kualitas pengajar dan pembelajaran.
Tak hanya itu, dukungan yang lebih besar bagi siswa yang berada dalam risiko tinggi, seperti siswa dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu.
“Maka dengan cara ini peringatan Hardiknas di Kabupaten Pangandaran dapat menjadi lebih relevan dengan realitas pendidikan yang ada,” ungkapnya.
“bahkan dapat memberikan dampak yang lebih positif pada masa depan pendidikan pangandaran,” kata Najmul menambahkan.
Sementara itu, Kabupaten Pangandaran peringati hari pendidikan nasional (Hardiknas) hanya diisi dengan upacara, ketimpangan ini mungkin menjadi lebih terasa.
Sebab, upacara tersebut mungkin hanya melibatkan segelintir orang atau hanya menjadi rutinitas formal.
“Sementara, sebagian besar siswa mungkin masih berjuang untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak”, kata Najmul.
Padahal, kata dia, Peringatan ini tidak hanya sekedar seremonial, melainkan sebagai sarana introspeksi dan evaluasi terhadap sistem pendidikan.