LENSAPRIANGAN.COM – Bupati Pangandaran Jeje Wiradina meresmikan penataan Kawasan pantai Batu Karas yang menelan biaya sebesar Rp 34 Miliar lebih. Kawasan tersebut kini semakin cantik dan mempesona.
Jeje meminta kepada masyarakat agar kawasan tersebut terjaga fasilitas dan kebersihannya. Sebab pembangunan ini menurut Jeje, sangat susah.
“Membangunnya susah, dapat duitnya susah, meyakinkannya momen nya juga susah. Nah sekarang sudah bagus tolong di jaga,” ujar Jeje saat diwawancarai sejumlah wartawan usai meresmikan Minggu malam, (29/12/2024).
Jeje menjelaskan alasan merevitalisasi kawasan tersebut, ia mengaku hanya menginginkan kawasan batu Karas terlihat lebih santai dan enak di pandang.
Terlebih dengan adanya wajah baru, tentunya akan berdampak positif terhadap perputaran ekonomi di kawasan tersebut.
“Tri wulan yang kedua ini pertumbuhan ekonomi kita 8,6 persen itu dampak dari wisata,” katanya.
Maka lanjut dia, semakin banyak wisata di Pangandaran nantinya akan berdampak baik kepada seluruh masyarakat dari tingkat atas hingga bawah.
“Kan wisata ini rejekinya dari atas sampai bawah netes (mengalir). Dari hotel berbintang sampai dengan tukang ban, tukang asin bahkan tukang samak (tikar) kebagian semua kan (rejekinya),” jelasnya.
Selain itu, alasan lain merevitalisasi kawasan batu Karas yakni bentuk kesiapan kabupaten Pangandaran menyambut tol gate yang rencananya di bangun pada tahun 2027 nanti.
“Mudah-mudahan 2027 minimal tol gate sampai dengan Tasik, syukur-syukur sampai ke sini (Pangandaran). Itu kan kita nya harus siap,” kata dia.
Hal senada di sampaikan Bupati terpilih periode 2024 – 2029 Citra Pitriyami, ia mengaku diberi amanat oleh Bupati Jeje agar merawat fasilitas pembangunan kawasan wisata di Pangandaran, salah satunya batu Karas.
“Pak bupati berpesan kepada saya untuk melanjutkan pembangunan yang sudah luar biasa baik dan lebih baik lagi. Dan beliau pesan ke saya untuk menjaga,” katanya.
Menurut Citra, Bupati Jeje juga meminta pembangunan fasilitas wisata agar di perhatikan dengan sungguh-sungguh. Karena jika tidak di perhatikan nantinya akan terlihat kumuh dengan adanya para pedagang kaki lima (PKL) yang berdatangan.
“Jadi memang harus betul-betul di perhatikan dan harus lebih banyak turun ke lapangan dibanding tinggal di kantor. 30% di kantor 70% di lapangan untuk memantau pariwisata di kabupaten Pangandaran. Itu pesen pak bupati barusan,” paparnya. (art).