Menu

Mode Gelap
Budidaya Lobster Modern di Pangandaran Bangkit, Indonesia Berpeluang Kuasai Pasar Global Korban Banjir di Maruyungsari Pangandaran Alami Gejala Sakit, Puskesmas Padaherang Turun ke Lapangan SPPG Kedungwuluh Imbau Sekolah Waspada Dugaan Percobaan Sabotase Pemantapan Profesionalisme, Ratusan Notaris CIBAPA Ikuti Kegiatan Pembinaan di Pangandaran Soal Miras di Pangandaran, Pengusaha malam Sebut Moral Penting Tapi Jangan Abaikan Perut Rakyat Turis Asal Belanda Nikmati Nasi Goreng di Pantai Karapyak, Pangandaran

Daerah

Mitos Dibalik Kampung Sapuangin Pangandaran yang Harus Diketahui 

badge-check


					Poto: Tokoh masyarakat dusun Sapuangin, Sarnyo Perbesar

Poto: Tokoh masyarakat dusun Sapuangin, Sarnyo

Pangandaran,LENSAPRIANGAN.COM – Tokoh masyarakat di dusun Sapuangin Desa Karangsari, kecamatan Padaherang, kabupaten Pangandaran Jawa Barat, Sarnyo mengungkapkan kultur budaya di kampungnya sangat kental.

Budaya itu hingga saat ini masih dilestarikan di tiga kampung. Yakni, kampung Sarongge, Sapuangin, dan Cimadang.

 

“Memang budaya di Sapuangin masih kental. Budaya leluhur seperti pemakoman dan situs-situs patilasan orang dulu masih suka di kasih sesaji,” kata Sarnyo diwawancarai wartawan dikediamannya Sabtu, (14/9/2024).

 

Selain itu, Pada kegiatan maulid Nabi, masyarakat sekitar diharuskan mengunjungi pemakaman leluhur terlebih dulu. Begitupun pada bulan Muharram.

Pada bulan Muharram, Masyarakat menggelar perayaan dan berkumpul di lokasi jalan desa. Mereka membuat nasi tumpeng dari rumah untuk persembahan kepada leluhurnya.

Hal itu dilakukan mengingat adat budaya di wilayah tersebut masih dipakai.

 

“Disini kalau bulan Muharram di jalanan penuh semua. Masyarakat membawa nasi tumpeng untuk persembahan kepada leluhur,” kata dia.

Kebiasaan lain yang sering dilakukan masyarakat yakni membakar kemenyan saat akan mengambil padi dari ladang.

 

Uniknya, padi pertama yang akan dijadikan beras harus digiling menggunakan alat tradisional lisung.

Tak hanya it, Di wilayah tersebut juga melarang keras bekerja diatas pukul 11:00 WIB.

 

Menurutnya, di waktu itu seharusnya tidak ada aktivitas apapun. Konon, jika kebiasaan itu diabaikan maka akan berdampak buruk kepada orang tersebut.

Biasanya orang itu akan jatuh sakit yang tak bisa di obati secara medis.

“Orang yang terkena dampak itu harus berobat ke orang pintar, nah setelah itu baru ke medis,” ucapnya.

 

Kemudian, Sarnyo menceritakan kejadian aneh beberapa waktu kebelakang. Pada saat itu seorang pekerja proyek pembangunan instalasi pengolahan air kedapati sekor ikan gabus di selokan dekat lokasi dirinya bekerja.

Para pekerja proyek itu menangkap ikan gabus tersebut. Padahal pekerja proyek hanya berniat memindahkanya dari selokan ke bak air.

 

Namun, tak lama kemudian mereka terserang penyakit gatal di sekujur tubuhnya.

 

“Sesudahnya orang tersebut nemuin bogo (ikan gabus) langsung gatal. Pengobatannya alami pakai Uyah (garam) tapi garam yang krosok,” kata Sarnyo. (art).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Menikmati Nasi Liwet Gulung di Lesehan Ranggon Maya di Kalipucang Pangandaran

18 Desember 2025 - 11:43 WIB

PT Mitra Bisnis Keluarga Salurkan Bantuan CSR Alat Kesehatan di Pangandaran

15 Desember 2025 - 12:36 WIB

BPR BKPD Pangandaran Bersama PMI Gelar Kegiatan Donor Darah

14 Desember 2025 - 19:46 WIB

Budidaya Lobster Modern di Pangandaran Bangkit, Indonesia Berpeluang Kuasai Pasar Global

14 Desember 2025 - 12:58 WIB

Bersama Jamtani, Petani Muda Diperkuat Pemahaman Soal Gas Rumah Kaca di Pangandaran

9 Desember 2025 - 10:36 WIB

Trending di Headline